Penulis : Jonas Jonasson
Penerjemah : Marcalais Fransisca
Penyunting : Ade Kumalasari
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman :
508 hlm
Tahun
Terbit : Maret 2016 (Cetakan
kedelapan)
ISBN : 978-602-291-018-3
Harga : Rp 69.000,-
Satu
kesalahan fatal yang sebaiknya tidak (dan jangan pernah) dilakukan selepas membuka
plastik bening yang membungkus buku dan membaca tidak sampai 3 bagian buku ini
adalah jangan membaca bagian epilog: melangkahi serta mendahului segala
bagian-bagian sebelumnya yang membangun cerita.
Semua
bermula saat nama presiden keenam Indonesia terpampang jelas di bagian epilog,
yang (tentu saja) menggugah rasa penasaran saya untuk segera membabat habis
buku karya seorang mantan wartawan surat kabar regional Smålandposten dan Expressen,
Jonas Jonasson.
Allan
Karlsson selaku tokoh utama dalam novel ini adalah anak dari wanita pekerja
buruh dan ayahnya seorang pejuang sosialisme di Swedia. Tepat pada tanggal 02
Mei 2005 merupakan hari ulang tahunnya yang keseratus namun justru ialah
satu-satunya orang yang tidak berkenan untuk hadir dalam perayaan tersebut. Dan
terjadilah aksi melompat keluar jendela kamarnya dari lantai dasar Rumah Lansia di kota kecil Malmköping.
Kisah
perjalanan Allan Karlsson pun dimulai. Ia berjumpa dengan seorang pemuda anggota
klub kriminal Never Again yang usianya terlampau 75 tahun lebih muda darinya di
Terminal Bus Malmköping. Sang pria berniat menitipkan koper bawaannya kepada Karlsson
sebab ia ingin pamit ke toilet namun sampai saat bus datang, pria itu tak
kunjung keluar dari toilet. Karlsson pun memutuskan membawa serta koper
tersebut bersamanya. Dengan bermodalkan uang 48 krona dan baju yang melekat di
tubuhnya: ia naik bus menuju Stasiun Byringe. Dan situlah awal mula petualangan
Allan Karlsson yang secara tak langsung mengantarkannya pada cerita masa
lalunya sebagai orang berpengaruh di dunia.
Segalanya
berawal ketika ayah Allan Karlsson pergi untuk selama-lamanya. Demi menopang
roda ekonomi, pada usia 10 tahun ia pun memulai karir sebagai pesuruh bagian
produksi di Nitroglycerine, Ltd. Tak lama berselang, 3 tahun kemudian ibunya
pun menyusul sang ayah dan Allan mendirikan Karlsson Dynamite Company serta bereksperimen
di tambang batu di belakang rumah. Pada usia 13 tahun ia telah menguasai
keterampilan khusus membuat ledakan dengan mencampur nitrogliserin, nitrat
selulosa, amonium nitrat, sodium nitrat, sekam, dinitrotoluen dan beberapa
bahan lainnya.
Karlsson
merupakan orang yang sangat berbakat di bidang perakitan bom. Hal inilah yang
menjadikannya dapat berpetualang mengelilingi dunia sekaligus berurusan dengan
orang-orang berpengaruh di dunia politik seperti Jenderal Franco, Soong May
Ling, Truman, Stalin, Mao Tse-tung, Kim Il Sung, dan lain sebagainya. Namun sayangnya
Karlsson bukanlah orang yang menyukai politik, –bahkan di beberapa bagian dalam
novel pun ia akan secara otomatis berhenti mendengarkan ketika ada orang yang
menguliahinya dengan tema politik. Ia juga bukan penganut idealisme maupun
ideologi tertentu. Ia hanya sekadar manusia penuh humor yang mahir merakit bom.
Ketidaksukaannya terhadap politik dan segala hal yang meliputinya pun selaras
dengan kutipan di bawah ini:
“Balas dendam itu seperti politik, satu hal akan diikuti hal lain sehingga yang buruk menjadi lebih buruk dan yang lebih buruk akan menjadi paling buruk.” – Hlm. 89
Pendeta dan politikus sama buruknya, pikir Allan, dan tidak ada bedanya sedikitpun jika mereka komunis, fasis, kapitalis, atau aliran politik apapun. – Hlm. 170
Sering kali politik tidak hanya tidak penting, tetapi juga terlalu rumit untuk alasan yang tidak penting. – Hlm. 461
Selanjutnya,
seperti yang telah disinggung di bagian awal, Jonas Jonasson juga menjadikan
Indonesia sebagai topik pembicaraan di dalam novelnya. Jika anda orang
Indonesia, tentu akan sangat merasa antara miris dan jengah dengan penjabaran
dunia politik di Indonesia yang dikemukakan secara gamblang oleh sang penulis: tapi
akan membenarkan apa yang dikatakannya. Seperti contoh tokoh Ni Wayan Laksmi (Amanda)
yang tingkat kecerdasannya disetarakan dengan seekor kodok berniat berkecimpung
di dunia politik padahal untuk membedakan antara vodka dan minuman pisang saja
tidak bisa, tetapi sangat optimis menjadi gubernur Bali. Ataupun saat Karlsson
dan rombongannya ingin berlibur ke suatu negara dengan membawa seekor gajah. Negara
Swedia dan Jerman dengan tegas menolak sebab mereka harus memiliki sertifikat
kepemilikan dan dokter hewan. Sedangkan Indonesia mengatakan ‘Dokter hewan? Untuk
apa?’. Serba-serbi lainnya mengenai Indonesia juga terlukis pada
kutipan-kutipan di bawah ini:
Suharto memburu orang-orang yang komunis, dianggap komunis, disangka komunis, kemungkinan komunis, sangat tidak mungkin komunis, dan orang-orang tak bersalah lain. Ini membuat roda ekonomi berputar, orang hidup lebih baik, dan terutama Suharto sendiri menjadi sangat kaya raya. Lumayan juga untuk serdadu yang mengawali karier militernya dengan menyelundupkan gula. –Hlm. 367-368
Selain itu, Bali dinilai oleh organisasi-organisasi hak asasi sebagai wilayah paling tidak korup di negara itu. Itu karena Amanda telah menyuap seluruh komisi investigasi. –Hlm. 366
“Maaf, siapa nama depan Anda , Tuan Dolar?” “Seratus Ribu,” kata Allan. “Saya Tuan Seratus Ribu Dolar, dan saya minta izin untuk mendarat di bandara Anda.” “Maaf, Tuan Dolar, suaranya jelek sekali. Maukah Anda menyebutkan nama depan Anda sekali lagi?” Allan menjelaskan kepada si kapten bahwa petugas sekarang mulai tawar-menawar. “Nama depan saya Dua Ratus Ribu,” kata Allan. “Apa kami boleh mendarat?” –Hlm. 483
“Indonesia adalah negara di mana segalanya mungkin,” kata Allan. –Hlm. 483
Kemudian
setiap merampungkan sebuah novel, setidaknya akan hadir satu –atau lebih tokoh
kegemaran, tokoh itu ialah Benny Ljungberg. Entah yaa, tokoh Benny pada novel
ini begitu menarik perhatian (terutama bagi saya) karena karakter serta kisah
hidupnya yang tak kalah seru dibanding Allan Karlsson. Faktanya, dalam kisah
ini ia merupakan tokoh yang paling dapat diandalkan setiap kesulitan menerpa
rombongan kriminal Allan Karlsson. Dipaparkan bahwa ia hampir menyelesaikan
setidaknya sepuluh gelar akademis yakni dengan menjadi calon dokter hewan,
calon dokter, calon arsitek, calon botanis, calon guru bahasa, calon pelatih
olahraga, calon ahli sejarah, calon ahli sastra, serta beberapa calon lainnya. Ia
juga sempat mengikuti kursus pendek dibeberapa bidang. Namun, meski Benny dapat
dikatakan orang yang paling berpendidikan di Swedia, pasar tenaga kerja hanya
tertarik dengan hasil nilai akhir ujian, bukan lamanya seseorang belajar. Hal itulah
yang kemudian mengantarkan Benny menjadi seorang penjaga kios hot dog sebuah
desa kecil di Åker.
Secara
keseluruhan, novel ini merupakan novel sejarah yang dikemas dengan humor satir
ditiap celah cerita. Tingkah Allan Karlsson yang cerdik dan (terlampau) jenaka tidak
akan membuat jenuh ketika membacanya meskipun novel ini terdiri atas lebih dari
500 halaman. Saya pun mengamini komentar Helsingin Sanomat yang pada bagian
sampul belakang novel mengatakan bahwasanya novel ini merupakan sebuah perayaan
humor yang sangat absurd. Namun dari segi penampilan fisik, agaknya sangat
disayangkan sebab kertas yang dipakai untuk halaman isi buku nampak terlalu
tipis yang menjadikan saya berasumsi (saat pertama kali membuka buku) bahwa novel
ini seperti buku palsu atau bajakan. Ohiya, hampir terlupa, pada bulan Desember tahun 2013 novel ini juga sempat dialih wahanakan menjadi sebuah film berdurasi 114 menit dengan mengambil judul yang sama dengan novelnya.
Lebih
lanjut, seperti yang kita ketahui, umumnya novel terjemahan memang (sangat) melibatkan
begitu banyak tokoh demi membangun unsur cerita secara terperinci. Begitu pula
dengan novel The 100-Year Old Man Who
Climbed Out of the Window and Disappeared. Berikut merupakan daftar tokoh
yang terlibat dalam novel ini:
1.
Allan
Emmanuel Karlsson : Pria Usia 100
tahun
2. Paman Carl : Teman Ayah Allan di Lembaga Politik Petrograd
3. Krook :
Inspektur Polisi Flen
4.
Estebán : Spesialis Penyulut Spanyol
5. Profesor Bernhard Lundborg: Ahli
Biologi Rasial Universitas Uppsala
6. Harry S. Truman :
Wakil Presiden Amerika
7.
Presiden
Roosevelt : Presiden Amerika
8. Robert Oppenheimer : Profesor Fisika dan Ilmuwan
Militer
9. Jenderal Franco :
Sang Generalissimo
10. Göran Aronsson : Inspektur Kepala Polisi
11.
Per-Gunnar
Gerdin (Pike) : Bos Never Again
12. Erik Bengt Bylund (Bolt) : Anggota Never Again
13. Henrik Mikael Hultėn :
Anggota Never Again
14. Caracas :
Anggota Never Again
15. Julius Jonsson : Penipu Ulung
16. Benny Ljungberg : Pemilik Kios Hotdog
(Mahasiswa Abadi)
17. Conny Ranelid : Jaksa Eskiltuna
18. Soong May Ling : Istri Pemimpin
Anti-Komunis Kuomintang
19. Mao Tse-tung : Pemimpin Komunis
20. Ny. Eleanor Roosevelt : Istri Presiden Roosevelt
21. Jiang Qing :
Seorang Marxis-Leninis, Istri Ketiga Mao Tse-tung
22. Ah Ming : Pesuruh
23. Kamerad Stalin : Pimpinan Uni Soviet
24. Gunilla Björklund (Jelita) : Pemilik Rumah Pertanian di Lake Farm
25. Kevin Ferguson : Pendeta Angklingan
26. Winston Churchill : Perdana Menteri Inggris
27. Tage Erlander :
Perdana Menteri Swedia
28. Dr. Siguard Eklund : Kepala Riset Atomic Energy
PLC
29. Yury Borisovich Popov : Ahli Fisika Nuklir
30. Larissa Aleksandrevna : Istri Yury B. P.
31. Marsekal Lavrenty P. Beria : Bos Keamanan Soviet
32. Herbert Einstein : Adik Tiri Albert Einstein
33. Bosse Baddy :
Kakak Benny Ljungberg
34. Frank (Frasse) : Paman Benny dan Bosse
35. Gunnar Löwenlind : Wakil Kepala Polisi Jönköping
36. Kirill A. Maretskov :
Komandan Pasukan Merah
37. Kim Il Sung : Perdana Menteri Korea Utara
38. Kim Jong Il : Anak Kim Il Sung
39. Ni Wayan Laksmi (Amanda) : Istri Herbert Einstein
40. Lyndon B. Johnson : Presiden Amerika
41. Fouchet : Menteri Dalam Negeri Prancis
42. Charles A. J. Marie de Gaulle : Presiden Prancis
43. Claude Pennant : Mata-mata Uni Soviet
44. Ryan Hutton : Direktur CIA Eropa
45. Ronny Bäckman : Pawang Anjing
46. Richard M. Nixon : Presiden Amerika Serikat
47. Henrik Söder :
Petugas Dinas Sosial
48. Soekarno : Presiden Indonesia
Pertama
49. Soeharto : Presiden Indonesia Kedua
50. Susilo Bambang Yudhoyono : Presiden Indonesia Keenam