Suatu
hari di sebuah rumah yang ada di ujung perumahan Cipulir, terdengar suara
gemuruh dari dalam kamar anak laki-laki yang berumur 8 tahun.
“Ggrrrhhhh...
Wussshhh... Wusshhh.... Hiiaaattttttt!!!”
“Astaga Alan, sudah jam
berapa sekarang? Anak kecil tidak boleh tidur malam-malam.” ujar seorang wanita dari balik pintu kamar
tersebut.
“Iyaaa, Bunda. Sebental lagi
yaaa. Ini Langel Bilunya masih belantem
sama monstel Dinosaulus. Bunda jangan belisik, nanti Langel Bilunya ga bisa
konsentlasi.”
Yang
diajak bicara hanya bisa menggelengkan kepala, lantas dengan sigap memasuki
kamar tersebut.
“Sudah jam 10, ayo bereskan
mainanmu dan naik ke tempat tidur!”
“Tapi
Bundaaaa....”
“Tidak
ada tapi-tapian, Alan.”
Tidak
ada perlawanan, anak bernama Alan itu hanya bisa merengut dan menuruti semua
perintah bundanya. Ia pun bersiap menaiki tempat tidurnya dan membiarkan
bundanya membereskan semua mainan yang berserakan di lantai kamar tersebut. Itu
merupakan hukuman untuk bundanya yang tega menyuruhnya tidur, pikirnya.
Selepas
memasukkan semua mainan Alan ke dalam keranjang mainan, bunda pun menghampiri
Alan di tempat tidur, merebahkan selimut bercorak Power Ranger di atas tubuh
Alan, dan berkata:
“Jangan merengut gitu dong,
sayang. Bukannya bunda melarang kamu bermain, tapi kamu harus tahu waktu. Ini
sudah jam 10 malam dan ini waktunya tidur, bukan bermain.”
“Bunda, jahat! Bunda selalu
ngelarang aku. Dodo aja nggak pernah dilarang orang tuanya walaupun main sampai
tengah malam. Aku benci sama bunda!”
Bunda
yang awalnya ingin menjelaskan, kemudian mengurungkan niatnya karena Alan sudah
menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ya, Alan ngambek, pikirnya. Bunda pun beranjak dari kamar tersebut, dan tak
lupa mematikan lampu kamar sebelum menutup pintu.
***
Di sini
sesak, tubuhnya tak bisa digerakkan ke mana pun, rasanya kebas dan sakit. Anak
itu pun perlahan-lahan membuka matanya. Seketika ia terperanjat saat menyadari
tubuhnya tengah tergeletak di atas sebuah meja kayu besar dan diikat sepenuhnya.
Mulutnya pun dibekap dengan sehelai kain hitam.
“Arrrgghhh... di mana aku?” ucapnya dalam hati
Tak lama
setelah itu, bunyi hentakkan kaki terasa mendekat. Hentakkan kaki itu pasti
berasal dari makhluk yang amat besar, sampai-sampai dapat menggoyangkan pijakan
di tempat Alan saat ini di sekap.
“Bunda, tolong Alan. Alan
takuuuttt...” tutur Alan
dalam hatinya. Kali ini sebulir air bening ikut meluncur dari indra
penglihatannya.
Bunyi
hentakkan kaki itu kini semakin mendekat dan terus mendekat. Pintu di depan
mata Alan pun di dobrak hanya dengan satu kali pukulan.
Brraakkkk...!!
Seketika
mata Alan membulat begitu mengetahui bahwa makhluk raksasa yang ada di
hadapannya adalah Dinosaurus.
“Dinosaulus!” pekik Alan dalam batinnya.
“Hahahaha....jadi ini anak
yang berani melawan ibunya sendiri. Kau akan ku jadikan makan malamku
hahaha....” kata
Dinosaurus seraya membuka kain penutup mulut Alan.
“Tidak! Aku tidak mau!
Bundaaa tolong Alaann huhuhu,” tangis
Alan pun kini pecah. Ia tidak mau menjadi santapan Dinosaurus tapi ia juga
tidak bisa berkutik karena seluruh tubuhnya diikat di atas meja.
Dinosaurus
itu tak menghiraukan perkataan Alan, ia mulai mencekik Alan dengan kaki
depannya. Air liurnya menetes ke mana-mana akibat seringaiannya yang menakutkan
itu. Dan Alan pun kini mulai berontak karena tak bisa bernapas, tapi usahanya
sia-sia. Namun, tiba-tiba saja............
Brruuukkkk...!!
“Beraninya kau menyakiti
Alan. Lawan aku dulu, Dinosaurus!”
Alan
yang masih syok atas apa yang terjadi, kini hanya bisa terpaku menatap sosok
yang ada di depan matanya. Langel Bilu!
Setelah
melepas ikatan di tubuh Alan, Ranger Biru segera pergi menghampiri Dinosaurus
yang sedang terjerembab akibat terkena pukulannya. Namun sebelum itu, Ranger
Biru berkata:
“Kau tunggu sini ya, Alan.
Aku akan membereskan Dinosaurus itu. Jangan ke mana-mana.”
Alan
yang masih terpaku, hanya bisa mengangguk dengan mata berkilauan. Ia tak
percaya, Ranger Biru yang biasanya hanya sebuah mainan yang ia mainkan setiap
hari, sekarang menjadi nyata! Ranger Biru yang biasanya ia tonton di televisi
pada hari Minggu pagi, kini benar-benar ada!
Kemudian
Alan tersadar dari lamunannya, di hadapannya kini Ranger Biru sedang melawan
Dinosaurus. Sangat seru menonton pertarungan antara Ranger Biru dengan
Dinosaurus yang sungguhan, pikir Alan.
“Ayooo, Langel Bilu. Kalahkan
Dinosaulus itu. Semangat Langel Bilu...!!” tak henti-hentinya Alan bersorak menyemangati Ranger Biru
dengan mata berbinar-binar. Namun, Alan kaget bukan kepalang ketika Dinosaurus
berhasil membalas pukulan dari Ranger Biru dan membuatnya terpental.
“Arrrggghhh....” suara Ranger Biru terdengar dari kejauhan.
Dalam
keadaan masih tergeletak di atas tanah, Dinosaurus pun tak menyia-nyiakan kesempatan
itu. Ia akan menghabisi Ranger Biru dalam satu kali pukulan saja. Ia pun segera
menghampiri Ranger Biru.
Alan
yang melihat kejadian itu, segera berpikir untuk menyelamatkan Ranger Biru. Langel Bilu tak boleh mati!, batinnya.
Ia mencari benda yang sekiranya dapat mengalahkan Dinosaurus itu. Tapi
sayangnya, ia tak menemukan apapun di sekelilingnya. Kini, ia pasrah. Namun
ketika tak sengaja tangannya menyentuh bagian pinggir celana tidurnya, Alan
tahu harus berbuat apa!
***
“Langel Bilu.....
awaaassss....!!!!”
Ranger
Biru yang tengah memegangi perut akibat terkena pukulan Dinosaurus, berusaha
keras untuk menjauh begitu mendengar instruksi dari Alan.
Bug!
Bunyi
berdebam terdengar sangat nyaring. Dinosaurus kini telah tergeletak dengan
puluhan kelereng disekitarnya. Kelereng-kelereng itu membuatnya tergelincir
hingga menabrak dinding raksasa di ujung tempat itu. Dari bekas serpihan
dinding yang berserakan, dapat disimpulkan bahwa hantaman antara Dinosaurus dan
dinding itu amatlah kuat, sampai-sampai membuat sang Dinosaurus kini tak
sadarkan diri.
***
“Terima kasih, Langel Bilu!” ujar Alan seraya membantu Ranger Biru bangkit dari tempatnya. Sambil menggelengkan kepala, Ranger Biru berkata:
“Aku yang mestinya berterima
kasih, Alan! Kau sangat berani melawan Dinosaurus itu walaupun kau tahu itu
berbahaya.” ucap Ranger
Biru yang masih memegangi perutnya.
Yang
diajak bicara hanya bisa tersenyum malu, ia tak menyangka akan dipuji oleh
sosok pahlawannya.
“Tapi,
Alan.....”
“Ya?”
“Apakah
kau telah berkata kasar pada ibumu?”
“B-bagaimana
kau tahu, Langel Bilu?”
“Yah, kurasa Dinosaurus
mendatangimu karena itu. Ia tidak suka dengan anak yang gemar menyakiti ibunya
sendiri. Yaa, itu memang hal baik walaupun menurutku caranya tidak tepat.”
Dengan
tergagap, Alan mengatakan “L-lalu, apakah
Dinosaulus itu akan mendatangiku lagi?”
“Kurasa iya,”
Alan
yang mendengar jawaban itu hanya bisa terpaku. Ia tak mau menjadi santapan
Dinosaurus yang menyeramkan itu. Sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat. Seperti
dapat membaca jalan pikiran Alan, Ranger Biru berujar:
“Ada satu cara agar
Dinosaurus tidak mengganggumu lagi. Kau harus meminta maaf pada ibumu atas
sikap burukmu dan berjanjilah untuk tidak mengulanginya. Jadilah anak yang
selalu berlaku terpuji, Alan. Maka semua orang akan menyayangi dan senang
berada di dekatmu.”
“Iyaaa,
aku menyesal sudah jahat pada bunda, huhuhu”
***
“Bundaaaaa.....”
“Ya, sayang? Ada apa? Kau
nampak sangat bersemangat!”
“Bunda.. Bunda.. Alan ingin
minta maaf. Semalam Alan sudah belani melawan bunda, Alan salah bunda huhuhu.”
“Tak apa, sayang. Bunda
senang kau sudah mengakui kesalahanmu dan bunda harap kau tidak mengulanginya.
Janji?”
“Janji,
Bunda!”
“Anak pintar! Ayo sekarang
waktunya mandi, bunda sudah siapkan air hangat untukmu.”
Setelah
saling menautkan jari kelingking –tanda mereka telah berbaikan, dengan sigap
bunda langsung membopong Alan menuju kamar mandi. Di balik pintu kamar mandi
pun terdengar suara Alan yang dengan semangat sedang menceritakan mimpinya pada
bunda.
“Bunda tahu tidak? Semalam
aku dan Langel Bilu sudah mengalahkan Dinosaulus! Awalnya aku di sekap,
kemudian Langel Bilu datang menolong. Lalu.....bla...bla...bla...”
Bunda
yang sebenarnya agak bingung, hanya bisa menyimak cerita Alan yang penuh
antusias itu, dan sesekali membalas dengan “Benarkah?”
***SELESAI***
Hahahaha... kocak!
BalasHapusjodohinlah nadira sama alan wkwk :v
Hapusoalahhh lucu banget bocahnya wkwk
BalasHapuskamu lebih lucu, lih :3
Hapus