Senin, 05 Juni 2017

ULASAN NOVEL THE 100-YEAR-OLD MAN WHO CLIMBED OUT OF THE WINDOW AND DISAPPEARED KARYA JONAS JONASSON


Judul Buku              : The 100-Year Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared
Penulis                  : Jonas Jonasson
Penerjemah        : Marcalais Fransisca
Penyunting          : Ade Kumalasari
Penerbit               : PT Bentang Pustaka
Halaman               : 508 hlm
Tahun Terbit       : Maret 2016 (Cetakan kedelapan)
ISBN                        : 978-602-291-018-3
Harga                     : Rp 69.000,-

Satu kesalahan fatal yang sebaiknya tidak (dan jangan pernah) dilakukan selepas membuka plastik bening yang membungkus buku dan membaca tidak sampai 3 bagian buku ini adalah jangan membaca bagian epilog: melangkahi serta mendahului segala bagian-bagian sebelumnya yang membangun cerita.
Semua bermula saat nama presiden keenam Indonesia terpampang jelas di bagian epilog, yang (tentu saja) menggugah rasa penasaran saya untuk segera membabat habis buku karya seorang mantan wartawan surat kabar regional Smålandposten dan Expressen, Jonas Jonasson.
Allan Karlsson selaku tokoh utama dalam novel ini adalah anak dari wanita pekerja buruh dan ayahnya seorang pejuang sosialisme di Swedia. Tepat pada tanggal 02 Mei 2005 merupakan hari ulang tahunnya yang keseratus namun justru ialah satu-satunya orang yang tidak berkenan untuk hadir dalam perayaan tersebut. Dan terjadilah aksi melompat keluar jendela kamarnya dari  lantai dasar Rumah Lansia di kota kecil Malmköping.
Kisah perjalanan Allan Karlsson pun dimulai. Ia berjumpa dengan seorang pemuda anggota klub kriminal Never Again yang usianya terlampau 75 tahun lebih muda darinya di Terminal Bus Malmköping. Sang pria berniat menitipkan koper bawaannya kepada Karlsson sebab ia ingin pamit ke toilet namun sampai saat bus datang, pria itu tak kunjung keluar dari toilet. Karlsson pun memutuskan membawa serta koper tersebut bersamanya. Dengan bermodalkan uang 48 krona dan baju yang melekat di tubuhnya: ia naik bus menuju Stasiun Byringe. Dan situlah awal mula petualangan Allan Karlsson yang secara tak langsung mengantarkannya pada cerita masa lalunya sebagai orang berpengaruh di dunia.
Segalanya berawal ketika ayah Allan Karlsson pergi untuk selama-lamanya. Demi menopang roda ekonomi, pada usia 10 tahun ia pun memulai karir sebagai pesuruh bagian produksi di Nitroglycerine, Ltd. Tak lama berselang, 3 tahun kemudian ibunya pun menyusul sang ayah dan Allan mendirikan Karlsson Dynamite Company serta bereksperimen di tambang batu di belakang rumah. Pada usia 13 tahun ia telah menguasai keterampilan khusus membuat ledakan dengan mencampur nitrogliserin, nitrat selulosa, amonium nitrat, sodium nitrat, sekam, dinitrotoluen dan beberapa bahan lainnya.
Karlsson merupakan orang yang sangat berbakat di bidang perakitan bom. Hal inilah yang menjadikannya dapat berpetualang mengelilingi dunia sekaligus berurusan dengan orang-orang berpengaruh di dunia politik seperti Jenderal Franco, Soong May Ling, Truman, Stalin, Mao Tse-tung, Kim Il Sung, dan lain sebagainya. Namun sayangnya Karlsson bukanlah orang yang menyukai politik, –bahkan di beberapa bagian dalam novel pun ia akan secara otomatis berhenti mendengarkan ketika ada orang yang menguliahinya dengan tema politik. Ia juga bukan penganut idealisme maupun ideologi tertentu. Ia hanya sekadar manusia penuh humor yang mahir merakit bom. Ketidaksukaannya terhadap politik dan segala hal yang meliputinya pun selaras dengan kutipan di bawah ini:

“Balas dendam itu seperti politik, satu hal akan diikuti hal lain sehingga yang buruk menjadi lebih buruk dan yang lebih buruk akan menjadi paling buruk.” – Hlm. 89  
Pendeta dan politikus sama buruknya, pikir Allan, dan tidak ada bedanya sedikitpun jika mereka komunis, fasis, kapitalis, atau aliran politik apapun. – Hlm. 170 
Sering kali politik tidak hanya tidak penting, tetapi juga terlalu rumit untuk alasan yang tidak penting. – Hlm. 461

Selanjutnya, seperti yang telah disinggung di bagian awal, Jonas Jonasson juga menjadikan Indonesia sebagai topik pembicaraan di dalam novelnya. Jika anda orang Indonesia, tentu akan sangat merasa antara miris dan jengah dengan penjabaran dunia politik di Indonesia yang dikemukakan secara gamblang oleh sang penulis: tapi akan membenarkan apa yang dikatakannya. Seperti contoh tokoh Ni Wayan Laksmi (Amanda) yang tingkat kecerdasannya disetarakan dengan seekor kodok berniat berkecimpung di dunia politik padahal untuk membedakan antara vodka dan minuman pisang saja tidak bisa, tetapi sangat optimis menjadi gubernur Bali. Ataupun saat Karlsson dan rombongannya ingin berlibur ke suatu negara dengan membawa seekor gajah. Negara Swedia dan Jerman dengan tegas menolak sebab mereka harus memiliki sertifikat kepemilikan dan dokter hewan. Sedangkan Indonesia mengatakan ‘Dokter hewan? Untuk apa?’. Serba-serbi lainnya mengenai Indonesia juga terlukis pada kutipan-kutipan di bawah ini:

Suharto memburu orang-orang yang komunis, dianggap komunis, disangka komunis, kemungkinan komunis, sangat tidak mungkin komunis, dan orang-orang tak bersalah lain. Ini membuat roda ekonomi berputar, orang hidup lebih baik, dan terutama Suharto sendiri menjadi sangat kaya raya. Lumayan juga untuk serdadu yang mengawali karier militernya dengan menyelundupkan gula. –Hlm. 367-368 
 Selain itu, Bali dinilai oleh organisasi-organisasi hak asasi sebagai wilayah paling tidak korup di negara itu. Itu karena Amanda telah menyuap seluruh komisi investigasi. –Hlm. 366 
“Maaf, siapa nama depan Anda , Tuan Dolar?” “Seratus Ribu,” kata Allan. “Saya Tuan Seratus Ribu Dolar, dan saya minta izin untuk mendarat di bandara Anda.” “Maaf, Tuan Dolar, suaranya jelek sekali. Maukah Anda menyebutkan nama depan Anda sekali lagi?” Allan menjelaskan kepada si kapten bahwa petugas sekarang mulai tawar-menawar. “Nama depan saya Dua Ratus Ribu,” kata Allan. “Apa kami boleh mendarat?” –Hlm. 483 
“Indonesia adalah negara di mana segalanya mungkin,” kata Allan. –Hlm. 483

Kemudian setiap merampungkan sebuah novel, setidaknya akan hadir satu –atau lebih tokoh kegemaran, tokoh itu ialah Benny Ljungberg. Entah yaa, tokoh Benny pada novel ini begitu menarik perhatian (terutama bagi saya) karena karakter serta kisah hidupnya yang tak kalah seru dibanding Allan Karlsson. Faktanya, dalam kisah ini ia merupakan tokoh yang paling dapat diandalkan setiap kesulitan menerpa rombongan kriminal Allan Karlsson. Dipaparkan bahwa ia hampir menyelesaikan setidaknya sepuluh gelar akademis yakni dengan menjadi calon dokter hewan, calon dokter, calon arsitek, calon botanis, calon guru bahasa, calon pelatih olahraga, calon ahli sejarah, calon ahli sastra, serta beberapa calon lainnya. Ia juga sempat mengikuti kursus pendek dibeberapa bidang. Namun, meski Benny dapat dikatakan orang yang paling berpendidikan di Swedia, pasar tenaga kerja hanya tertarik dengan hasil nilai akhir ujian, bukan lamanya seseorang belajar. Hal itulah yang kemudian mengantarkan Benny menjadi seorang penjaga kios hot dog sebuah desa kecil di Åker.
Secara keseluruhan, novel ini merupakan novel sejarah yang dikemas dengan humor satir ditiap celah cerita. Tingkah Allan Karlsson yang cerdik dan (terlampau) jenaka tidak akan membuat jenuh ketika membacanya meskipun novel ini terdiri atas lebih dari 500 halaman. Saya pun mengamini komentar Helsingin Sanomat yang pada bagian sampul belakang novel mengatakan bahwasanya novel ini merupakan sebuah perayaan humor yang sangat absurd. Namun dari segi penampilan fisik, agaknya sangat disayangkan sebab kertas yang dipakai untuk halaman isi buku nampak terlalu tipis yang menjadikan saya berasumsi (saat pertama kali membuka buku) bahwa novel ini seperti buku palsu atau bajakan.  Ohiya, hampir terlupa, pada bulan Desember tahun 2013 novel ini juga sempat dialih wahanakan menjadi sebuah film berdurasi 114 menit dengan mengambil judul yang sama dengan novelnya.
Lebih lanjut, seperti yang kita ketahui, umumnya novel terjemahan memang (sangat) melibatkan begitu banyak tokoh demi membangun unsur cerita secara terperinci. Begitu pula dengan novel The 100-Year Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared. Berikut merupakan daftar tokoh yang terlibat dalam novel ini:

1.         Allan Emmanuel Karlsson        : Pria Usia 100 tahun
2.       Paman Carl                                     : Teman Ayah Allan di Lembaga Politik Petrograd
3.       Krook                                                 : Inspektur Polisi Flen
4.        Estebán                                            : Spesialis Penyulut Spanyol
5.       Profesor Bernhard Lundborg: Ahli Biologi Rasial Universitas Uppsala
6.       Harry S. Truman                           : Wakil Presiden Amerika
7.        Presiden Roosevelt                     : Presiden Amerika
8.       Robert Oppenheimer                  : Profesor Fisika dan Ilmuwan Militer
9.       Jenderal Franco                           : Sang Generalissimo
10.      Göran Aronsson                            : Inspektur Kepala Polisi
11.        Per-Gunnar Gerdin (Pike)        : Bos Never Again
12.      Erik Bengt Bylund (Bolt)            : Anggota Never Again
13.      Henrik Mikael Hultėn                  : Anggota Never Again
14.      Caracas                                            : Anggota Never Again
15.      Julius Jonsson                              : Penipu Ulung
16.      Benny Ljungberg                          : Pemilik Kios Hotdog (Mahasiswa Abadi)
17.      Conny Ranelid                                : Jaksa Eskiltuna
18.      Soong May Ling                            : Istri Pemimpin Anti-Komunis Kuomintang
19.      Mao Tse-tung                                : Pemimpin Komunis
20.    Ny. Eleanor Roosevelt               : Istri Presiden Roosevelt
21.      Jiang Qing                                       : Seorang Marxis-Leninis, Istri Ketiga Mao Tse-tung
22.    Ah Ming                                              : Pesuruh
23.    Kamerad Stalin                             : Pimpinan Uni Soviet
24.    Gunilla Björklund (Jelita)          : Pemilik Rumah Pertanian di Lake Farm
25.    Kevin Ferguson                              : Pendeta Angklingan
26.    Winston Churchill                         : Perdana Menteri Inggris
27.    Tage Erlander                                 : Perdana Menteri Swedia
28.    Dr. Siguard Eklund                        : Kepala Riset Atomic Energy PLC
29.    Yury Borisovich Popov               : Ahli Fisika Nuklir
30.    Larissa Aleksandrevna               : Istri Yury B. P.
31.      Marsekal Lavrenty P. Beria      : Bos Keamanan Soviet
32.    Herbert Einstein                             : Adik Tiri Albert Einstein
33.    Bosse Baddy                                     : Kakak Benny Ljungberg
34.    Frank (Frasse)                                 : Paman Benny dan Bosse
35.    Gunnar Löwenlind                           : Wakil Kepala Polisi Jönköping
36.    Kirill A. Maretskov                          : Komandan Pasukan Merah
37.    Kim Il Sung                                         : Perdana Menteri Korea Utara
38.    Kim Jong Il                                         : Anak Kim Il Sung
39.    Ni Wayan Laksmi (Amanda)        : Istri Herbert Einstein
40.    Lyndon B. Johnson                          : Presiden Amerika
41.      Fouchet                                                 : Menteri Dalam Negeri Prancis
42.    Charles A. J. Marie de Gaulle     : Presiden Prancis
43.    Claude Pennant                                 : Mata-mata Uni Soviet
44.     Ryan Hutton                                       : Direktur CIA Eropa
45.    Ronny Bäckman                                : Pawang Anjing
46.    Richard M. Nixon                              : Presiden Amerika Serikat
47.     Henrik Söder                                     : Petugas Dinas Sosial
48.    Soekarno                                             : Presiden Indonesia Pertama
49.    Soeharto                                              : Presiden Indonesia Kedua
50.    Susilo Bambang Yudhoyono       : Presiden Indonesia Keenam

Minggu, 07 Mei 2017

Resensi Kumpulan Cerpen Metafora Padma Karya Bernard Batubara

Haloooo! Entah dapat hidayah dari mana, tetiba aja aku ingin nulis resensi novel dan pas banget sekarang aku baru merampungkan sebuah novel karya salah satu penulis Indonesia. Yap! Kali ini aku mau bahas karya Bernard Batubara dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Metafora Padma.
Kumpulan cerpen Metafora Padma

Ohiya sebelumnya aku mau sedikit banyak cerita. Sebenernya aku beli novel ini udah cukup lama, tepatnya tanggal 01 November 2016. Udah lebih dari 6 bulan yang lalu tapi baru dibaca hahaha (memang, aku pemalas banget huhu). Jadi gini, waktu itu ada olshop buku yang lagi diskon besar-besaran dan langsung deh aku tertarik buat beli buku di sana. Awalnya aku bingung mau beli yang mana dan akhirnya aku memutuskan untuk membeli 10  buku (sombong!) dan 3 di antaranya adalah buku karya penulis Bernard Batubara yang berjudul Milana (2013), Surat untuk Ruth (2014), dan Metafora Padma (2016). Kenapa memilih membeli buku Bernard Batubara? Aku sendiri juga ga ngerti. Nama Bernard Batubara sering aku dengar dari teman-teman sejawat dan itu membuatku penasaran (penasaran sama bukunya, maksudnya).
Lebih lanjut, dari ketiga buku itu, cover Surat untuk Ruth-lah yang paling menyita perhatianku, covernya adalah sehelai kemeja flanel berwarna biru cerah yang nampak teronggok begitu saja. Maka dari itu aku memutuskan untuk membaca novel itu lebih dulu. Tapiiii.... sayangnya sangat tidak sesuai ekspetasiku (Maafkan hamba, ini sekadar pendapat. Siap-siap ditimpuk fans Bernard Batubara). Singkat cerita, selepas membaca novel Surat untuk Ruth aku jadi kehilangan selera untuk membaca karya Bernard Batubara yang lainnya. Ga percaya? Coba deh kalian baca dan beri secercah ulasan di sini.
Namun entah kenapa hari ini aku memutuskan untuk membaca karya Bernard Batubara (lagi) yaitu Metafora Padma. Lantas bagaimana dengan buku ini? Kira-kira sama ga yaaa dengan novel sebelumnya yang aku baca? Hahaha maaf yaaa kebanyakan prolog. Yuk langsung dibaca resensinya!

Judul                           : Metafora Padma
Penulis                         : Bernard Batubara
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Editor                          : Siska Yuanita
Desain Sampul            : Eka Kurniawan
Ilustrasi Isi                  : Egha Latoya
Tahun Terbit                : 2016
ISBN                           : 978-602-03-3297-0
Tebal Buku                  : 168 halaman

Buku ini merupakan sebuah kumpulan cerita pendek yang setidaknya memuat 14 cerita di dalamnya, yakni: Perkenalan, Demarkasi, Gelembung, Hanya Pantai yang Mengerti, Rumah, Obat Generik, Percakapan Kala Hujan, Es Krim, Alasan, Metafora Padma, Suatu Sore, Kanibal, Sepenggal Dongeng Bulan Merah, serta Solilokui Natalia. Seperti kumcer pada umumnya, Metafora Padma merupakan judul cerpen kesepuluh yang dijadikan sebagai tajuk buku tersebut.

“Kamu harus tahu, Harumi sayang. Pada zaman ketika kekerasan begitu mudah dilakukan, hal terburuk yang bisa dimiliki seseorang adalah identitas.” – hlm. 9
 
Ilustrasi cerpen Perkenalan
Kalimat tersebut merupakan paragraf pertama yang terdapat dalam pembukaan cerpen Perkenalan sekaligus kata-kata yang menghiasi di bagian belakang cover buku. Kutipan yang merupakan kata-kata terakhir yang diutarakan Bong kepada Harumi, seorang gadis yang jengah dengan masa lalunya yang kelam sebab terjadi pertikaian antaretnis di wilayahnya dan melampiaskannya dengan bercerita melalui tubuh seorang siswa di salah satu sekolah. Saya tak punya tubuh, meski saya punya pesan, ujar Harumi dalam cerpen tersebut.
Selain cerpen Perkenalan, ada beberapa cerpen di Metafora Padma yang aku gemari. Beberapa di antaranya adalah Hanya Pantai yang Mengerti, Suatu Sore, dan Solilokui Natalia.

“Penyelam andal akan berkelana dari satu laut ke laut lain. Tapi seseorang yang jatuh cinta akan selalu kembali ke laut yang sama.” – hlm. 48
 
Ilustrasi cerpen Hanya Pantai yang Mengerti
Kutipan di atas merupakan inti dari perjalanan jalinan cinta Gru dan Rui yang terpatut usia dan status. Gabungan antara kesepian, hening, dan resah yang melahirkan sebuah kondisi untuk melampiaskan amarah dalam pergolakan rumah tangga.

“Manusia takut pada ulat bulu. Manusia takut pada Tuhan. Ulat bulu adalah Tuhan.” – hlm. 118
 
Ilustrasi cerpen Suatu Sore
Premis yang cukup dapat membuat kalian memiringkan kepala ke kanan. Kutipan di atas merupakan cerita absurd nan menggelitik yang terdapat dalam cerpen Suatu Sore. Setidaknya itu pendapatku hehe.

 “Menurutmu,” katanya usai beberapa saat, “kenapa ada banyak agama di dunia ini?”
“Ada banyak binatang dan makanan, kenapa tidak boleh ada banyak agama?” kata Abram. “Manusia selalu butuh alternatif, termasuk cara memandang dan mengenal Tuhan mereka.” – hlm. 155
 
Ilustrasi cerpen Solilokui Natalia
Percakapan antara tokoh Natalia dan Abram dalam cerpen Solilokui Natalia ini bisa dibilang cukup sensitif, sebab memaparkan mengenai pergulatan batin sosok Natalia dalam menimbang suatu agama.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa cerita-cerita yang terkandung di dalam buku tersebut adalah cerita yang miris. Beberapa cerita menyinggung persoalan agama, cinta yang pelik, bahkan mengenai sejarah kelam. Bernard sendiri mengaku bahwa buku ini secara tak langsung mengisyaratkan tentang konflik antaretnis tahun 1997 yang terjadi di Kalimantan Barat.
Hal ini pun terlukis pada bagian gambar cover yang menampakan setangkai bunga Teratai bercorak merah pilu dengan lumuran darah. Padma sendiri di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah semacam bunga Teratai, Seroja, dan Lotus yang merupakan tumbuhan langka yang tidak berbatang atau berdaun, memiliki helai bunga cokelat kemerah-merahan, berukuran besar, serta terlihat seperti tetiba muncul pada batang tumbuhan melilit yang disinggahinya.

Bisa dibilang buku kesembilan karya Bernard Batubara ini sangat jauh berbeda dengan buku yang sebelumnya aku baca. Jauh lebih menyenangkan sebab tidak hanya memuat persoalan cinta FTV seperti Surat untuk Ruth, namun ada hal-hal kecil yang tersirat di dalamnya: sejarah. Pun juga aku senang karena di dalam buku ini terdapat ilustrasi apik karya Egha Latoya di tiap sesi cerpennya. 

Rabu, 19 April 2017

KEBIJAKSANAAN TANPA ARTI DALAM NASKAH MASTODON DAN BURUNG KONDOR KARYA W.S. RENDRA

Dalam dunia kesusastraan Indonesia, siapa yang tidak mengenal sosok Willibrordus Surendra Bawana Rendra atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan W.S. Rendra. Sastrawan yang sejak duduk di bangku SMP telah menulis berbagai macam karya sastra; seperti puisi, cerita pendek, serta naskah drama. Dari sekian banyak karya sastra yang ia tulis, terutama karya drama, salah satu naskah W.S. Rendra yang fenomenal adalah naskah Mastodon dan Burung Kondor.

Naskah ini pertama kali dipentaskan oleh Bengkel Teater Yogyakarta pada 15 Desember 1973 yang berdasarkan pada naskah yang belum diterbitkan dan tersimpan di Bank Naskah Dewan Kesenian Jakarta dan disutradai sendiri oleh sang sastrawan. Namun, pada Januari tahun 2012 naskah drama ini kembali dipentaskan di Universitas Padjajaran dan disutradai langsung oleh istri mendiang W.S. Rendra, Ken Zuraida.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah Mastodon sendiri memiliki arti binatang purba yang merupakan mamalia raksasa, sesuatu yang serba besar. Hal ini dijadikan Rendra sebagai umpama atas pemerintahan di negara tersebut yang selalu berkata akan mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk pembangunan negara namun kenyataannya tidak sesuai. Sedangkan burung Kondor sendiri memiliki arti burung buas besar di pegunungan Andes dengan leher dan kepala tidak berbulu. Dalam naskah ini, burung Kondor dijadikan sebagai simbol rakyat negara tersebut yang menderita akibat terkekang aturan dan kebijaksanan yang dibuat oleh pemerintah. Dua hal yang digambarkan saling bertentangan dan berbeda ideologi.
Dalam naskah ini, diceritakan seorang mahasiswa bernama Juan Frederico yang penuh dengan idealisme, bersama dengan rekan-rekannya sesama mahasiswa bertekad untuk melakukan perubahan terhadap bangsanya. Mereka menentang sistem pemerintahan yang ada dinegaranya, sistem yang hanya menguntungkan kalangan atas namun terus-menerus menggadangkan kesejahteraan bersama demi pembangunan. Lebih lanjut, Juan Frederico bersama rekan-rekannya menyusun strategi dengan merekrut Jose Karosta untuk melakukan aksi untuk menjaga semangat massa dengan membuat sajak-sajak dan syair pergerakan.
Juan Frederico mengkritik bahwa selama ini kampusnya hanya mendidik untuk mencetak generasi yang hanya manut pada sistem dan kebijaksanaan pemerintah dan tidak diberikan kebebasan mengkritik untuk hal yang lebih baik kedepannya, pemerintah malah menganggap itu sebagai sebuah ancaman dan pemberontakan. Di kampus tidak pernah diajarkan nilai-nilai untuk menyusun kebijakan, mengolah kebijakan, serta menguji kebijaksanaan. 3 hal yang dapat membuat kalangan mahasiswa menjadi pandai mengkritik dalam hal yang positif untuk kedepannya. Kebebasan berpendapat pun tidak dihiraukan. Maka dari itu, Juan Frederico bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa yang berasal dari berbagai provinsi, menjadi utusan dari rakyat sebagai wakil pendobrak revolusi kekuasaan di negaranya.
Salah satu orang dibalik kekuasaan pemerintahan adalah Max Carlos, yaitu seorang pemimpin yang tengah berada dalam masa jayanya. Kejayaan yang harus dibayar dengan penderitaan dan kekacauan rakyat jelata. Pembangunan pabrik yang diusulkan akan mengurangi jumlah pengangguran, tak khayal hanya sebuah pemanis bibir belaka. Diceritakan bahwa Max Carlos menangkap dan memenjarakan Jose Karosta dengan alih-alih karena Jose Karosta telah mengganggu semangat berjuang untuk pembangunan dengan sajak-sajak dan syair yang dibuatnya.
.           Jose Karosta merupakan sosok yang dengan keras menolak adanya lembaga-lembaga agama yang hanya menjadi lahan bisnis dibalik sabda-sabda agung yang diujarkan. Sosok Jose Karosta merupakan salah satu dari simbol burung Kondor yang menjadi saksi atas kekacauan yang terjadi di negaranya. Dengan sajak-sajak dan syairnya, ia menawarkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mengobarkan semangat dan membuat ‘melek’ masyarakatnya tentang kesadaran agar seluruh masyarakat sadar atas apa yang terjadi di negaranya. Tidak diam saja dan lantas bergerak menuju perubahan.
Lebih lanjut, terjadinya perbedaan pendapat antara Jose Karosta dengan Juan Frederico. Jose Karosta mengatakan bahwa yang harus dimiliki masyarakatnya adalah kematangan kesadaran akan sebuah perubahan. Revolusi memang penting, tapi awal mulanya harus didahului dengan kesadaran mutlak oleh seluruh masyarakat. Menurutnya, revolusi dapat mengakibatkan kerugian besar baik di bidang ekonomi maupun sosial. Seperti terjadinya kerusuhan di mana-mana, tempat tinggal masyarakat yang habis ditelan si jago merah, ketakutan di sana-sini, lumpuhnya sebagian sumber penggerak perekonomian masyarakat, dan lain sebagainya. Hal itu menjadi bayaran yang tidak sepadan untuk sebuah revolusi karena dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat semua kembali ke kehidupan normal kembali.
Lain halnya dengan Juan Frederico yang menganggap bahwa yang dibutuhkan negara mereka saat ini adalah sebuah revolusi. Revolusi menjadi satu-satunya pilihan yang tepat untuk membawa perubahan bagi bangsanya ke arah yang jauh lebih baik lagi. Juan Frederico dan rekan-rekannya sesama mahasiswa menamakannya dengan sebutan Revolusi Semesta Bersatu.
Walaupun naskah ini telah dibuat lebih dari 40 tahun silam, namun penceritaannya masih sangat relevan dengan keadaan bangsa Indonesia pada saat ini. Cerita Mastodon dan Burung Kondor seakan-akan menjadi cerminan atas apa yang tengah terjadi di Indonesia. Dialog-dialog yang terpampang dalam naskah tersebut merupakan teguran kepada para penguasa pemerintahan agar lebih peka terhadap segala sesuatu yang dirasakan oleh rakyatnya. Seperti pada Mei tahun 1998, Indonesia mengalami penggulingan kekuasaan karena kekecewaan rakyat Indonesia terhadap sistem pemerintahan pada zaman tersebut. Krisis moneter yang terjadi, korupsi yang semakin menjalar, tingkat kesejahteraan yang kian hari makin menyedihkan, dan lain sebagainya. Sebuah peringatan besar terhadap orang-orang pemerintahan agar benar-benar memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat yang diwakilinya.

Minggu, 02 April 2017

PERKARA MAAF

Untuk kamu yang sedang dalam kemarahan
Untuk kamu yang tengah merasa kecewa
Untuk kamu yang enggan membagi maaf
Mohon luangkan waktu sejenak untuk membaca tulisan
dari makhluk yang sukar untuk melisankan pendapatnya ini.


Hidup tentunya bukan hanya persoalan kebahagiaan saja, ada juga kesedihan yang setia mendampingi. Tiap dari kita pasti pernah merasa bahagia, pun juga sedih. Hal-hal kecil yang menjadi dasar atas kebahagiaan dan kesedihan yang terjadi pada kita tentunya dilandasi oleh orang yang menurut kita penting di hidup kita. Hal kecil seperti hanya sapaan ‘Hai’ yang dilontarkan sang pujaan hati, sudah sukses membuat kamu berbunga-bunga. Begitupun dengan pengabaian yang dilakukan orang terkasih, sudah cukup membuat hati terenyuh.
Pada kesempatan kali ini, aku sekadar ingin menuangkan beberapa pendapatku. Bukan mau sok menggurui atau apa, ini cuma racauanku saja di waktu gabut hahaha. Kira-kira seperti ini, menurutku ada beberapa hal yang sepatutnya tidak dilakukan oleh orang ketika tengah berselisih dengan sesamanya. Sila di baca, kalau ndak mau juga ndak apa-apa, kok. Lebih baik habiskan waktumu untuk melihat kehidupan digital sohibmu yang hanya bertahan 24 jam di sosial media berlambang kamera itu. Lebih berfaedah kan? hehe. Mari di mulai...

1.      REDAKAN EMOSI (UPDATE STATUS bukan jalan keluar, itu tandanya kamu CAPER!)
Saat ada seseorang yang menyakitimu, membuatmu bersedih, dan juga mengecewakanmu. Jangan tergesa-gesa untuk mempublikasikannya (baca: update status) di sosial media, terlebih jika kamu melakukannya di semua sosmed yang kamu miliki, baik itu bbm, facebook, twitter, line, instagram dan sebangsanya. Juga ketika kamu marah, jangan dengan mudahnya kamu berkoar-koar di dunia maya. Yang perlu kamu tahu, ketika kamu melakukan hal tersebut, orang-orang yang berteman denganmu akan menilai kamu sebagai orang yang berkepribadian buruk, mereka akan ilfeel karena menganggap bahwa kamu adalah orang yang tidak dapat mengatur emosi dengan baik.

2.       CARI TEMAN CURHAT (Tapi jangan sama TEMAN kamu!)
Lho? kok disaranin curhat tapi tidak boleh dengan teman sendiri? Lantas mesti dengan siapa curhatnya? Oke, kira-kira seperti ini, saat kamu sedang ada masalah dengan seseorang. Biasanya kamu akan cenderung untuk meluapkan emosimu ke orang terdekat yang biasa kamu dijadikan tempat curhat. Dan biasanya teman kamu ini juga mengenal orang yang tengah bermasalah denganmu (kenal dalam artian bukan berteman, namun kenal karena kamu terus menceritakan orang yang sama pada temanmu itu). Kamu hanya akan menebar dan menularkan kebencian orang lain terhadap dia yang kamu benci sebelum orang lain itu mengenal dia secara personal (jika kasusnya seperti yang aku bilang sebelumnya). Lagipula, bukannya ingin berprasangka buruk atau bagaimana, tapi yang perlu kamu sadari adalah tidak semua teman berniat membantu kamu. Ada segelintir orang yang hanya ingin mengetahui kepelikan hidupmu, dan curhatanmu pun hanya akan berakhir pada kalimat pendek ‘yang sabar ya!’. Sejujurnya, itu sama sekali tidak membantu. Lebih baik sekalian saja curhat dengan orang asing yang jaraknya bermil-mil dari tempatmu bernaung, toh itu juga sekaligus menjadi penghiburan bagi suasana hatimu yang dibuat kacau karenanya.

3.       JANGAN UNGKIT MASA LALU (Masa LALU dan SEKARANG itu beda, Sist)
Ini merupakan kesalahan paling fatal. Saat kamu sedang berselisih dengan seseorang, biasanya kamu akan teringat hal-hal buruk lainnya yang pernah ditorehkan padamu di masa lampau. Memang benar adanya peribahasa ‘Karena nila setitik, rusak susu sebelanga’, sedikit keburukan akan memusnahkan sejuta kebaikan. Tidak ada gunanya mengingat yang lalu, itu hanya akan menambah timbunan amarahmu padanya. Ingat, orang bijak adalah orang yang mampu memilah antara masa lalu dan masa sekarang, bukan orang yang mencampuradukkannya menjadi satu.

4.       LEKAS BERKACA
Kamu punya cermin? Yuk lekas berkaca. Pada dasarnya, orang akan cenderung menganggap pribadinya adalah orang yang paling benar. Kalaupun salah, pasti orang tersebut akan membuat pembenaran atas tindakannya. Jadi gimana? Yaaa... lekas berkaca!

5.       MAAF SEBATAS FORMALITAS (Cukup kondangan aja yang mesti formal, maafmu jangan!)
Mungkin kita sering menemukan orang berujar “Yang penting gue udah minta maaf, dimaafin atau nggak, itu masalah doi.”. Yeah, that’s right! Tapi yang perlu dipertanyakan lagi ialah minta maaf yang seperti apa dulu? Jangan-jangan permohonan maafmu hanya sebatas formalitas belaka. Entah benar atau tidak, orang yang tersakiti tentunya akan mengharapkan permintaan maaf yang gigih dari si pelaku. Ingin menimbang apakah si orang tersebut benar-benar tulus untuk meminta maaf atau sebaliknya.

Kurang lebih seperti itu racauanku. Selepas membaca ini, semoga kamu tidak menganggap telah membuang 10 menitmu dengan sia-sia. See you more, ya!

Senin, 27 Maret 2017

Beraksi Bersama YAFI (Youth's Act For Indonesia)

Halo, Youth!
Apa kabar?
Semoga selalu diberkahi kesehatan yaa hehe amin
Nah, kali ini aku mau sedikit (banyak sih sebenernya) cerita soal komunitas yang baru-baru ini aku geluti. Komunitas tersebut bernama YAFI, yakni singkatan dari Youth’s Act For Indonesia. Whooaa, keren banget kan kepanjangannya? Ini juga yang menjadi salah satu pemicu aku ingin menjadi bagian dalam komunitas YAFI hehe.
Aku sendiri sejujurnya belum begitu mengetahui seluk beluk mengenai YAFI. Aku baru mulai mengikuti YAFI dari Line Add beberapa bulan belakangan ini. Dan pas banget, YAFI membuka kesempatan bagi para pemuda dengan membuka Oprec Main Team Batch V pada tanggal 21 Februari-03 Maret 2017. Tanpa ragu, langsung deh aku daftar dan ajak sahabatku Triana (aku ajak dia karena tahu dia ini tipikal orang yang care banget sama lingkungan sosial).
Singkat cerita, setelah melalui serangkaian seleksi, alhamdulillah kami lolos (yeah!). Dan dalam rangka penerimaan anggota baru sekaligus pengumuman divisi Batch V, kemarin (26 Maret 2017) diadakanlah First Meeting di Taman Tebet. Acara ini dimulai pukul 08.00 pagi dengan aktivitas Bonding untuk para anggota YAFI. Pertama-tama kami dibagi menjadi dua kelompok untuk bermain beberapa games. Awalnya aku pikir games ini cuma diperuntukkan bagi anggota baru, ternyata ngga! Kakak-kakaknya juga ikut masuk ke dalam dua kelompok tersebut. Ini nih salah satu yang aku suka di YAFI, di sini gak ada jarak antara anggota lama dan baru. Gak ada istilah senioritaslah pokoknya.
Permainan pertama pun dimulai...
Eits, tapi sebelum games pertama dimulai, masing-masing kelompok harus membuat yel-yel dan memberi nama kelompok. Ini dia nih penampakan kelompok 1 dan 2.
(Dari kiri ke kanan ada Alim, Ainoer, Dewi, Nade, Ariska, Syara, Ummi (aku), Itis, Rheinata, Anisa, Mita, dan Aldi)

(Dari kiri ke kanan ada Gilang, Dera, Joy, Sofia, Syifa, Triana, Sekar, Caca, Keke, dan Rosi)

Di games pertama, nama permainannya adalah Tebak Gerak dan Kata. Jadi di sini tiap anggota kelompok harus berbaris berjauhan dan menyalakan lagu dengan volume keras menggunakan headset. Orang pertama di barisan berperan sebagai pengirim pesan (kalimat yang diberitahu oleh panitia) kepada orang kedua, kemudian orang kedua menyampaikan kembali apa yang didengarnya (itu pun kalau kedengeran yaa wkwk) ke orang ketiga dan seterusnya sampai orang terakhir. Setelah selesai, orang terakhir harus menebak kalimat tersebut dengan benar. Nah, ini dia Youth keseruan di games pertama yang dimenangkan oleh kelompok pertama alias kelompokku hahaha.

Selanjutnya, games kedua adalah Gerak Vampir (agak serem yaa namanya wkwk). Jadiiiii, di games ini masing-masing kelompok masih harus berbaris tapi bedanya gak jauh-jauhan kaya sebelumnya dan orang yang ada dibelakang harus memegang bahu orang yang ada di depannya. Permainannya simple banget, kita cuma harus mengikuti instruksi dari panitia. Kalau panitia bilang ‘maju’ maka kita semua harus maju 1 kali lompatan, begitu juga dengan ‘mundur, kanan, kiri’. Tapi kalau panitia udah ngasih embel-embel kata ‘cong’, kita harus melakukan gerakan sebaliknya (panitia bilang ‘maju cong’ berarti kita harus mundur) dan kalau ada embel-embel kata ‘cing’, kita harus diam, gak boleh lompat ke depan, belakang, kanan, ataupun kiri. Maap yaak kalau agak njelimet penjelasanku, tapi ngerti kan? hehehe semoga. Ohiya, lagi-lagi permainan ini dimenangkan oleh kelompok pertama (yeay, menang lagi!)

Setelah menyelesaikan games kedua, kami pun berlanjut ke games terakhir, yakni Awas Air. Di games kali ini tiap kelompok (masih) harus berbaris ke belakang. Tapi ga seperti games pertama dan kedua yang mengharuskan berdiri, di sini kita semua mesti duduk dan ditutup matanya dengan sapu tangan, kain, slayer, dan sejenisnya. Kemudian orang yang berada di posisi terdepan harus memberikan piring berisikan air ke orang dibelakangnya dengan cara mengopernya dari atas kepala. Tujuan dari games ini ialah untuk mengumpulkan air sebanyak-banyaknya. Kelihatannya sih emang gampang, tapi ternyata sulit, lho. Ga sedikit anggota masing-masing kelompok yang tersiram air karena ga bisa menyeimbangkan posisi air di piring hahaha. Dan di games kali ini akhirnya kelompok dua yang menang hehe.

Selesai bersenang-senang ria dengan memainkan beberapa games, ini dia saatnya pengumuman divisi untuk para anggota baru. DEG.. DEG.. DEG..
And then, alhamdulillah aku terpilih masuk ke dalam divisi Public Relations (yeay!). semoga bisa amanah hehe amin. Selepas pengumuman, kami semua pun dikelompokkan kembali menurut divisi masing-masing. Di sini dijelaskan tentang perihal apa-apa saja job desk serta tanggung jawab divisi tersebut, lebih ke arah sharing sih sebenernya.

Agenda selanjutnya yakni poin utama acara ini. Yap! First meeting! kami pun bermutasi dari Taman Tebet ke Ropisbak terdekat. Sembari memanjakan perut dengan berbagai menu super lezat di tempat tersebut, kami membahas mengenai proker tiap divisi selama satu tahun ke depan dengan diiringi alunan hujan. Selepas meeting, kami pun membubarkan diri. Pamit berpulang ke habitat masing-masing haha.

Yah, kalau boleh dibilang, aku bahagia banget sekarang bisa menjadi bagian dari YAFI Batch V. Di komunitas ini aku disadarkan untuk menumbuhkan kepedulian sekaligus kepekaan jiwa sosial terhadap nasib anak-anak yang termarginalkan, terutama di bidang pendidikan. Seperti tagline yang diusung oleh YAFI yakni Mari Beraksi dan Mari Menginspirasi, pemuda Indonesia sudah semestinya berperan aktif dalam meningkatkan kualitas anak bangsa, salah satunya di bidang pendidikan. At last, aku suka banget sama kata-kata ka Andien yang bilang kalau (aku lupa detailnya, tapi intinya sih gini) JANGAN ANGGAP KITA INI TEMAN, KITA INI KELUARGA (terharu aku, kak!).
 
Yeay! ini dia personil Main Team YAFI Batch V

Jumat, 17 Februari 2017

SISTEM TILANG ONLINE, MEMPERMUDAH ATAU MALAH MEMPERSULIT?

Siapa yang di antara kalian pernah di tilang? Aku rasa setiap pengendara kendaraan bermotor pasti pernah di tilang walaupun cuma sekali seumur hidup. Yaaa, sebelas-duabelas sama istilah orang yang belajar naik motor pasti pernah jatuh. Oke, kali ini aku mau sedikit curhat!
Hari Selasa (24 Januari 2017) rasanya aku lagi ketiban apes banget. Aku lupa tepatnya jam berapa, tapi sekitar pukul 08.30 sehabis aku pulang les dari bilangan Menteng, aku kena TILANG!
Jadi, setelah aku selesai les, aku berniat untuk singgah sebentar ke rumah temanku yang ada di jalur cepat Senayan, dekat Samba Futsal. Sebenernya sih ga ada hal penting apapun, aku cuma pengen main aja ke rumahnya karena ada beberapa temanku juga yang lagi main. Singkat cerita, biasanya rute pulangku melewati Cikini-Matraman-Manggarai-Karet-Pejompongan-Palmerah-Pharos-Cidodol. Berhubung rumah temanku di jalur cepat Senayan, pas aku lewat St. Palmerah aku memutuskan untuk langsung belok kanan lewat rel kereta supaya langsung lewat Kemandoran. Dan di situlah ada pak polisi menghadang huhuhu...
Sebenernya di lampu merah Palmerah jarang ada Polisi, biasanya Polisi di sana hanya ada di jam-jam tertentu untuk melerai kemacetan. Taulah yaaa, daerah Palmerah-Senayan macetnya kaya apa, apalagi waktu pergi-pulang jam kantor. Awalnya aku agak sedikit menggerutu ke diri sendiri, padahal tiap hari kalau mau pergi-pulang kampus aku lewat sini, dari zaman SMP juga udah sering lewat sini. Tapi kenapa malah kena tilang di daerah yang sama sekali ga asing buatkuL
Aku akui memang aku yang salah, aku langsung main hajar aja belok ke kanan padahal jelas-jelas di sana ada rambu dilarang belok kanan. Waktu itu pikiranku sempit banget, aku mikirnya mau langsung belok kanan karena gamau lurus soalnya jauh banget sampe 3km (aku cek di Gmaps) dan ga ada puter-balik, adanya belok kanan melewati gedung obat Pharos dan aku harus lewat Permata Hijau-Rawa Belong-Kemandoran dulu kalau mau ke rumah temanku.
Sebenernya sih bisa-bisa aja kalau mau belok kanan dari arah St. Palmerah, pas di lampu merah kalian harus belok kiri dulu ke arah SMAN 24 dan puter balik. Tapi menurutku itu agak ribet. Jadinya aku langsung belok kanan deh hehe tapi di sana malah ada pak Polisi yang menunggu. Sumpah yaa, aku gatau kalau di sana ada Polisi yang sedang bertengger. Ga mungkinlah aku tau ada Polisi tapi aku tetep kekeh belok kanan langsung. Jadi di dekat perlintasan kereta itu ada tukang nasi goreng keliling yang hendak nyebrang dan Polisinya ada dibalik tukang nasi goreng itu jadinya aku ga lihat huhuhu. Padahal jauh sebelum lampu merah aku udah ngecek ada Polisi atau ngga di sana, berhubung sepenglihatan mataku ga ada, jadinya aku santai-santai aja belok kanan hehe tapi ternyata...
Aku lupa detail percakapan antara aku dan pak Polisi, tapi kurang lebih seperti ini:
Aku: A; Polisi: P
P: *Matiin motorku* Mana SIM kamu?
A: Ga punya, pak.
P: STNK?
A: *Cek tas, ambil dompet, kasih pakpol*
P: *Liat STNK* Kamu tahu apa kesalahan kamu? Kamu liat rambu ini *nunjuk rambu* ini artinya dilarang belok kanan langsung tapi kamu malah belok kanan. Ayo ikut saya ke kantor.
(Akhirnya aku dan motorku dibawa ke kantor Polisi yang memang tepat di seberang tempatku di tilang. Berasa artis banget karena semua orang ngeliatin aku huhuhu. Dan di sinilah keanehan dimulai, aku bukan dibawa ke dalam kantornya tapi malah kebelakang kantornya.)
P: *Sibuk nulis surat tilang* Kamu saya tilang yaaa karena ngelanggar rambu dan ga punya SIM. Dendanya 1,5jt dan sidang hari Jumat tanggal 03 Februari 2017. Kamu bisa dateng ga tanggal segitu? Tapi kalau mau nitip, bisa bayar hari ini cuma 100k, uangnya bukan untuk kami.
(Sontak dong aku tersentak. Gila aja, masa tilang sebesar itu? And to be honest, di dompetku cuma tinggal selembar uang bercetak paras Tuanku Imam Bonjol.)
A: Saya ga ada uang segitu pak, saya hubungin temen saya dulu ya.
(Aku langsung kontak kakak ipar dan temanku. Kakak iparku belom bales, temenku bales tapi ga bisa bantu karena dia ga ada uang segitu dan ga punya SIM, takutnya nanti dia juga malah jadi kena tilang. Temenku kasih saran buat nangis aja atau beliin bapaknya rokok. Gimana mau beliin rokok, orang duitku cuma goceng?L)
(Kami berdua terjebak di ruang hening ((ruang heniiiinggg)) soalnya aku sibuk ketak-ketik hp sementara pakpol memecah keheningan ini.)
P: Gimana mbak?
A: Bentar yaaa, Pak. Temen saya belom bales.
(Akhirnya pakpol ninggalin aku soalnya dia dapet mangsa lagi, seorang pria muda yang tampilannya seperti seorang karyawan.)
P: *Pakpol balik* Gimana mbak? *duduk di kursi* (Karena dari tadi fokus sama hp, tiba-tiba aja si Mas yang tadi kena tilang udah ilang wkwk)
A: *diem*
Ga lama kakak iparku telepon. Dia nanya kenapa bisa di tilang? Surat tilangnya warna apa? Pokoknya nanya ini itu ke aku, agak risih juga sih cerita di depan pakpol. Nah, pas aku mengulang kalimat pakpol yang “Dendanya 1,5jt dan sidang hari Jumat tanggal 03 Februari 2017. Kamu bisa dateng ga tanggal segitu? Tapi kalau mau nitip, bisa bayar hari ini cuma 100k, uangnya bukan untuk kami.” ke kakak iparku, pakpol langsung memotong pembicaraanku di telepon.
P: Ga, ga bisa, udah ga bisa, kamu ikut sidang aja. *menyodorkan surat tilang dan kunci motor*
Akhirnya aku memutuskan panggilan telepon, aku ambil surat tilang plus kunci motor, dan langsung melenggang pergi. Entah yaaa, mungkin karena ini bukan pertama kalinya aku di tilang jadinya aku biasa aja (seingetku ini yang keempat hehe). Aku juga ga panik atau gimana-gimana. Padahal dulu pas pertama kali di tilang aku malah nangis saking takutnya dan malah jadi dilepasin sama Polisinya wkwk.
Aku pulang. Di rumah aku langsung cerita sama mama dan kakak-kakakku. Dan alhamdulillah aku ga dimarahin, mereka biasa aja. Malahan kakak ke-empatku malah ngetawain aku, astaga keluarga macam apa ini? >.<
***
penampakan Pengadilan Jak-Pus. agak sulit foto dari depan soalnya banyak pohon, maka jadilah seperti ini haha


maket Pengadilan Jak-Pus

Hari eksekusipun tiba~
Yap, hari ini tanggal 03 Februari 2017. Saatnya aku pergi ke pengadilan untuk mengadiri sidang (Ciyeee sidang). Pukul 09.00 pagi aku ditemani kakak ipar dan ponakan berangkat ke pengadilan Jakarta Pusat. Kurang lebih setengah jam kemudian aku sampai di sana. Lucunya, baru parkir di depan pengadilan, ada seorang jejaka yang langsung memulai percakapan dengan kami. Kurang lebih percakapannya seperti ini:
Aku: A; Jejaka: J; Kakak Ipar: K.
J: Kena tilang ya, Pak?
K: Iya nih, dia yang kena tilang *menunjukku*
J: Kena tilang di mana?
A: Di daerah Palmerah.
J: Boleh lihat surat tilangnya? *aku kasih* banyak juga yaaa pasalnya, ga punya SIM, ngelanggar lalu lintas. Wah! Gede amat dendanya?
(Aku kaget si jejaka ini bisa hapal di luar kepala mengenai pasal-pasal yang tertulis di surat tilang itu. Padahal untuk membaca tulisan si pakpol aja aku kesulitan saking bagus tulisannya hehe)
Kemudian si Jejaka yang akhirnya kuketahui seorang calo ini ternyata menawarkan jasanya untuk mengurus surat tilangku. Tinggal bayar 350k dan semua beres. Tapi kakak iparku menolak, dia bilang mau ngurus sendiri aja. Yaudah, aku sih idem aja hehehe.
Masuklah kami ke bagian samping Pengadilan Jakarta Pusat. Di sana aku melihat pemandangan yang unik. Para pelaku tilang sedang mencari namanya di kertas yang tertempel di dinding. Melihat hal tersebut, aku jadi ingat saat-saat mencari nilai try out semasa sekolah hahaha.
berasa lagi lihat hasil ujian ya pak hehe

Di sana ada satpam yang berjaga, pak satpam dengan tabah menjelaskan bahwa sekarang sudah mulai diberlakukan sistem tilang online. Maka para pelaku tilang tidak perlu menjalani persidangan. Pelaku yang di tilang hanya perlu membayar denda sesuai dengan nominal yang dilingkari Polisi di surat tilang tersebut di ATM BRI (saat ini baru dapat dibayar hanya melalui BRI dan di lokasi tertentu, salah satunya di BRI Kramat). Kemudian mengambil barang bukti (STNK/SIM/dll) di Kejaksaan dan mengisi form pengembalian dana ke BRI. Misal denda yang tercantum di surat tilang adalah 500k sementara denda tilang yang sesungguhnya hanya 69k, maka selisih tersebut dapat dikembalikan oleh BRI ke rekening pelaku tilang. Namun sangat disayangkan, pencairan dana tersebut memakan waktu beberapa hari (tidak bisa cair pada hari H).
Sistem E-tilang ini pun bisa dibilang masih sangat baru karena baru mulai diberlakukan oleh Korlantas Polri pada 16 Desember 2016. Sebenernya aku sih oke-oke aja sama sistem tilang online yang diterapkan oleh Korlantas Polri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Segalanya jadi lebih mudah, para terdakwa tilang tidak mesti mengikuti persidangan, tinggal bayar denda di bank BRI, ambil barang bukti, dan urus pengembalian dana. Namun rasa-rasanya masih banyak kekurangan yang aku temukan.
Pertama, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, baik dari pihak pemerintah maupun Korlantas Polri sendiri. Meskipun sistem E-tilang sudah berlaku namun masih banyak yang tidak mengetahui alur serta proses tilang online ini. Bahkan para pelaku tilang yang aku temui di pengadilan baru mengetahui sistem tilang online ini saat di pengadilan. Aku sendiri juga baru mengerti setelah kena tilang, yakaliiii semua warga DKI Jakarta mesti kena tilang dulu baru bisa ngerti hehehe. Oh iyaaa fyi, sistem E-tilang ini sudah berlaku di seluruh Indonesia tapi baru di beberapa provinsi atau kota besar saja.
Kedua, masih banyak oknum Polisi yang tidak bertanggungjawab, salah satunya Polisi yang menilangku. Saat di tilang, pakpol sama sekali tidak menyinggung adanya sistem E-tilang. Dia tidak menanyakan identitas atau hal lainnya. Liat STNK dan langsung tulis surat tilang. Padahal dengan sistem E-tilang, seharusnya terdakwa tilang mesti mencantumkan nomor handphone di surat tilang tersebut agar nantinya mendapat SMS dari kepolisian yang berisi nomor VIVA yang gunanya berkaitan dengan proses pengembalian dana.
Ketiga, aku tahu maksud Korlantas memberlakukan sistem E-tilang ialah untuk meminimalisir pungutan liar (pungli) dan istilah damai yang gemar dilakukan oleh oknum Polisi yang tidak bertanggungjawab dan pelaku tilang. Namun kurangnya sosialisasi dan ketidaktahuan masyarakat malah membuka kesempatan bagi oknum Polisi untuk menakut-nakuti masyarakat dengan denda yang luar biasa fantastis. Mereka akan membuat pilihan untuk bayar dengan jumlah besar atau kata-kata damai yang tersirat seperti yang dilakukan Polisiku ((Polisiku)). Nah, kalian pilih mana? Mending uangnya masuk kas negara atau ke kantong pribadi si Polisi?
Keempat, secara keseluruhan sistem E-tilang ini memang membuat segalanya terlihat jauh lebih praktis. Namun sangat disayangkan masih banyak oknum Polisi yang berniat buruk untuk melakukan pungli terhadap masyarakat, dengan melingkari nominal yang besar di surat tilang. Karena sekecil apapun denda tilang kalian yang sebenarnya, kalian tetap harus membayar sesuai dengan nominal yang dilingkari di surat tilang. Istilahnya kalian mesti ‘bermodal’ dulu. Sepertiku, di surat tilang dilingkari nominal sebesar 1,5jt padahal aslinya aku yang melanggar 2 pasal ini hanya kena denda 99k. Aku tetap harus transfer senilai 1,5jt dulu dan setelah mengambil barang bukti, baru bisa mengurus pengembalian dana senilai 1,4jt. Para terdakwa tilang yang kutemui di pengadilan juga mengeluhkan hal yang sama. Mereka yang kebanyakan hanya melanggar 1 pasal (melanggar rambu lalu lintas) hanya kena denda sebesar 69k namun di surat tilang dilingkari 250k/500k. Selisih yang sangat jauh bukan? Di daftar yang ku potret ini pun, kebanyakan para pelanggar lalu lintas sepeda motor sebagian besar dendanya hanya 69k dan 149k untuk mobil. Lantas mengapa Polisi melingkari nominal yang sungguh besar?
mari dilihat, rentang denda hanya pada 69k-149k


Kurang lebih itulah cerita serta pendapatku mengenai sistem tilang online yang kini tengah berlangsung di Indonesia. Ini hanya sekadar sharing pengalaman saja agar tidak ada masyarakat yang tertilang tanpa mengetahui prosedur yang semestinya. Saat ditilang jangan lupa cantumkan nomor telepon (nanti sepertiku, jadi ribet ngurusnya) dan jangan sampai dilingkari nominal yang besar di surat tilang. Karena ketika di pengadilan, ada mas-mas yang juga tidak dimintakan nomor handphone saat ditilang dan malah ada seorang bapak yang di surat tilangnya tidak ada nominal yang dilingkari sehingga dia bingung mesti transfer berapa ke BRI huhuhu. Yang terpenting sih, jangan sampai melanggar tata tertib yang ada saat berkendara (ini nasihat buatku juga hehe). Semoga aku ga ketemu sama pakpol itu lagi wkwkwk amiiiinn...